Motif Print Lokal Kualitas Dunia

From Wanita-gaya

G2 Plus memiliki sebuah mesin print yang langka di dunia, tetapi sangat dipercaya mampu menghasilkan gambar cetakan dengan kualitas sempurna pada media apa pun.

Mesin ini hanya ada satu di Asia, yaitu di kawasan Jembatan Tiga, Jakarta, studio milik G2 Plus. Awalnya perusahaan ini didirikan Djoni Gunawan, seorang pengusaha konveksi khusus sweater.

"Kami dulu memiliki G2 Basic, memproduksi sweater cowok. Setelah itu, ada perusahaan yang menawarkan mesin print. Kami pikir ini enggak ada di Asia. Kami coba sampai lahirlah G2 Plus," tutur Brand Manager G2 Plus Faustine Gunawan.

G2 adalah singkatan dari generasi dua, yang merupakan usaha keluarga Gunawan yang dijalankan secara turun-temurun.
Kini, Faustinelah yang menangani label G2 Plus. Kedatangan mesin print tersebut sontak mengubah produksi dan target market G2 Plus. Mereka banyak mengerjakan pesanan print pada media fabric sampai jenis yang lebih solid. "Ayahku fans Roberto Cavalli. Dia merasa, kenapa harus beli mahalmahal kalau motifnya dicontek karena mesinnya sama?" cerita wanita yang hobi merajah tubuh dengan tato ini.

Tahun 2004 G2 mulai serius menggarap print. Motifnya beragam, mulai hasil karya pelukis, motif paisley, home made pattern, hingga kreasi sendiri. Cara kerjanya cukup mudah. Motif yang sudah dipilih di-scan ke dalam komputer, kemudian diedit agar mendapatkan warna yang sesuai.

"Kalau print manual kan kita harus bikin cetakan dulu, baru bisa di-print. Ini kita hanya harus tentukan gambar, lalu bikin pola, baru masukkan gambar ke dalam pola. Kemudian di-treatment, proses print, pengeringan, pencucian, sampai kira-kira satu piece bisa makan waktu dua hari," sebut Faustine.

Tinta yang digunakan adalah jenis khusus yang baik untuk media apa saja, mulai bahan silk, katun, georgette, bahkan bahan untuk tas. Hasilnya akan tetap sempurna. Keistimewaan lain, motif bisa diletakkan pada bagian yang dikehendaki. Juga tidak ada motif bersambung yang kerap kali "pa tah" oleh pola yang tidak sesuai. Biasanya mereka yang menyukai busana bermotif adalah pribadi yang ekspresif. Mungkin tidak banyak orang yang berani tampil "warna-warni" semacam itu, tetapi tidak ada salahnya mencoba.

"Kami memiliki tujuan agar orang tahu bahwa produk lokal tidak semuanya murah dan berkualitas jelek. Jangan meremehkan barang lokal. Saya pikir, orang kurang suka dengan print karena belum mengenal tipe-tipenya," tutur alumnus British International School itu. G2 Plus hadir untuk memberikan alternatif motif bagi para pencinta mode. Juga mengasah kreativitas untuk mengaplikasi motif pada bagian tertentu, sebagai pemanis busana.

Karena sifatnya eksklusif, G2 Plus hanya menerima pesanan by order. Kendati demikian, mereka juga memiliki outlet di Bali dan Jakarta. Kebanyakan koleksi Bali berupa sweater, silk, bolero, atasan, dan jins. "Modelnya aneh-aneh, apalagi kami punya jin bermotif. Orang Rusia suka banget memakainya," imbuh Faustine.

Selera orang Eropa dan Indonesia memang agak berbeda. Orang Indonesia suka motif dengan warna cerah. Kesannya playful, meriah, dan biasanya berbentuk paisley. Sementara orang Eropa suka gambar objek hidup, abstrak. Bahkan, ada juga gambar nyeleneh seperti kaki buntung.

Beberapa waktu lalu, G2 Plus sempat mensponsori print untuk siswa sekolah mode ESMOD. Kemudian mereka mengkreasikan kain tersebut menjadi sebuah busana jadi. Modelnya futuristik menuju eklektik. Motif dan polanya saling memperkuat. Busana itu pun pernah ditampilkan dalam gelaran L'Oreal Color Trophy Awards 2009.

Di waktu mendatang, G2 Plus akan menjajaki kemungkinan untuk bekerja sama dengan para desainer maupun perusahaan konveksi di Eropa. Terkhusus bagi pasar dalam negeri, G2 Plus ingin masyarakat mulai berani berekspresi dan berkreasi dengan print.

"Biasanya busana print kalau digantung saja tidak kelihatan menarik. Tapi, kalau sudah dipakai di tubuh, pasti kelihatan wow!" tandas Faustine.
(sindo//tty)
Sumber : http://lifestyle.okezone.com/read/2009/03/05/194/198617/motif-print-lokal-kualitas-dunia